Berita Lama


2.500 Motif Batik Indonesia Sudah Terdaftar

Anti Malaysia - KEINDAHAN batik Nusantara dengan aneka warna dan motif memang sarat makna. Tak heran, batik memiliki daya pikat luar biasa untuk masyarakat Indonesia, maupun turis asing.

Di balik keindahan batik, ternyata banyak orang tak mengetahui bahwa hanya terdapat 2.500-an motif batik Nusantara yang baru terdaftar. Padahal, tentu masih banyak pola dan ragam batik tradisional dan modern lainnya yang belum terdaftar.

Menanggapi fenomena tersebut, Dewan Pembina Yayasan Batik Indonesia Doddy Soepardi dalam jumpa pers mengenai rencana pengumuman pengukuhan batik Indonesia dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia mengungkapkan, motif batik semakin berkembang dengan adanya hasil karya desainer yang terus bertambah jumlahnya.

"Hingga kini terdapat 2.500-an motif batik, dan itu yang baru terdaftar. Dengan berkembangnya produk desainer, motif, atau ragam batik juga akan berkembang terus," papar Doddy saat ditemui dalam jumpa pers Rencana Pengumuman Pengukuhan Batik Indonesia Dalam Daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia Oleh UNESCO yang berlangsung di Gedung Departemen Kominfo, Rabu (30/9/2009).

Untuk mengukuhkan batik Nusantara sebagai warisan budaya bangsa, maka pemerintah pun ikut mengupayakan agar batik mudah mendapatkan hak paten atau lisensi. Dengan menunjuk Departemen Kebudayaan dan Pariwisata memperjuangkan batik untuk mendapat pengakuan internasional, khususnya dari UNESCO.

"Pemerintah akan mengembangkan pengakuan, membantu untuk memperkuat promosi. Dari sentra-sentra batik kita perkenalkan sehingga di setiap daerah memacu memunculkan keunikan-keunikan dalam kreasi batik. Selain itu, pemerintah akan membantu supaya batik mudah mendapat lisensi atau hak paten," ungkap Menteri Ad-Interim Kebudayaan dan Pariwisata Mohammad Nuh.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Surya Dharma juga ikut memaparkan, pengukuhan batik mengacu pada nilai sejarah budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.

"Batik Indonesia masuk dalam representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO karena melihat pada nilai-nilai historis, filosofis, aspek-aspek religius yang melatarbelakangi pembuatan batik. Penilaian tidak sekedar motif batik Indonesia saja yang memang diakui dunia. Jadi bukan dipatenkan melainkan pengakuan representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO," tandasnya.

Cukup tingginya kepedulian pemerintah dalam memperjuangkan batik Indonesia ini tidak terlepas dari esensi kultural dan historis batik Indonesia. Nilai budaya tak benda dari batik antara lain terkait dengan ritul pembuatan, ekspresi seni, simbolisme ragam hias, dan identitas budaya daerah.

Di beberapa daerah tertentu, pembuatan batik bahkan diawali dengan ritual khusus untuk kesempurnaannya. Batik dihasilkan dengan tangan melalui proses pemberian garis dan titik-titik dengan malam panas pada kain menggunakan canting tulis atau canting cap. Pola dan ragam batik tradisional dan modern memiliki simbolisme yang mendalam, di antaranya terkait dengan ststus sosial, komunitas daerah, alam dan juga perkembangan sejarah.

Pembuatan kain batik merupakan kerajinan tradisional di Jawa dan beberapa daerah lain secara turun temurun sejak beberapa abad lalu, dan terus menyebar ke berbagai daerah sebagai busana adat dan kelengkapan pokok tradisi

Diklaim Malaysia, Indonesia Kukuhkan Batik

 

Anti Malaysia - BATIK merupakan salah satu kekayaan warisan budaya bangsa yang patut dilestarikan. Namun, seiring dengan berkembangnya tren mode, seringkali batik hanya dipakai sebagai salah satu busana pelengkap.

Padahal, berpakaian batik semestinya dapat dilakukan sebagai wujud konkret mempertahankan karakter bangsa.

Polemik pun muncul ketika batik diakui sebagai milik negara lain, Malaysia. batik diakui sebagai milik negara tetangga, pemerintah Indonesia pun mendaftarkan Batik ke dalam jajaran daftar representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO atau Representative List of Intangible Cultural Heritage-UNESCO.

Untuk mendapat pengakuan refresentatif sebagai warisan budaya, proses yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia terbilang cukup panjang. Berawal pada 3 September 2008 dengan proses Nominasi Batik Indonesia ke UNESCO, yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO pada 9 Januari 2009 untuk diproses lebih lanjut.

Lalu, tahap selanjutnya ialah pengujian tertutup oleh UNESCO di Paris pada tanggal 11 hingga 14 Mei 2009. Dan puncaknya, pada (2/10/2009) diakhiri dengan UNESCO akan mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia yang akan dilaksanakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Mohammad Nuh, selaku Menteri Ad-Interim Kebudayaan dan Pariwisata menyambut momen penting tersebut. Rencananya, usai pengukuhan, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono akan segera mendeklarasikannya.

"Kita harus bersyukur, proses ini bukan proses yang pendek untuk mendapatkan pengesahan dari UNESCO. Keputusan UNESCO akan diumumkan pada tanggal 2 sekitar pukul 20.00 WIB. Dan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mendeklarasikannya secara resmi pada pukul 21.00 WIB," paparnya dalam jumpa pers yang berlangsung di Gedung Departemen Kominfo, Rabu (30/9/2009).

Lebih lanjut Mohammad Nuh mengutarakan, berlangsungnya pendeklarasian yang akan diumumkan oleh orang nomor satu di Indonesia itu bertujuan untuk menghapus upaya pengklaiman yang digencarkan oleh negara tetangga, Malaysia.

"Pendeklarasian ini karena merupakan persoalan budaya yang sempat menjadi perhatian dan merupakan kewajiban moral untuk menyelamatkan warisan budaya. Yang menjadi masalah adalah pengklaiman ini milik satu negara. Kalau produk kita dipakai negara lain, pasti kita akan bangga tapi begitu ada pengklaiman, ini yang jadi perkara," imbuhnya.

Setelah batik resmi dikukuhkan oleh UNESCO, Menbudpar salah satu warisan budaya tersebut bisa diapresiasi oleh masyarakat Indonesia dengan memakai produk budaya sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari.

"Semoga dengan dikukuhkannya batik Indonesia oleh UNESCO dapat menumbuhkan social awareness untuk mencintai dan menyelamatkan produksi asli Indonesia. Cara apresiasinya adalah dengan mengenakannya. Kalau tidak dikenakan, ya tidak ada maknanya," tandasnya.

Sebelumnya, wayang Indonesia pada tahun 2003 ditetapkan UNESCO sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Wirisan Manusia sedangkan keris ditetapkan pada tahun 2005. Selain batik, selanjutnya yang juga sedang menungu giliran untuk dikukuhkan adalah "Best Practice". Diklat Budaya Batik Indonesia dan karya budaya berupa angklung Indonesia yang sudah dinominasikan pada 26 Agustus 2009 lalu


Google Search Buka Layanan di Malaysia

 

KUALA LUMPUR - Para pebisnis di Malaysia kini dapat lebih mudah bekerja, dan akan semakin nyaman bekerja dengan menggunakan platform pencarian Google yang disesuaikan dengan kondisi Malaysia.

"Google selalu berupaya mengorganisir seluruh informasi yang ada di dunia sehingga bisa dinikmati secara universal, mudah diakses dan berguna bagi semua orang," ujar Product Manager Google South East Asia Andrew McGlinchey, seperti dikutip melalui mis-asia, Selasa

Bahkan, lanjut McGlinchey, saat peluncuran Google Maps Malaysia, justru menjadi hal yang sangat menggembirakan. Dengan Google Maps Malaysia ini maka seluruh pengguna internet Malaysia dan dunia dapat dengan mudah menemukan sebuah lokasi yang ada di Malaysia, dimana pun dan kapanpun berada.

Ditambahkan oleh Head Marketing Google Southeast Asia Derek Callow optimistis bahwa mereka dapat membantu memberikan keamanan pencarian internet bagi 15 juta pengguna internet di Malaysia.

Khusus untuk layanan peta, Google telah bekerja sama dengan beberapa pengembang lokal seperti Tourism Malysia dan iProperty, yang memungkinan Google memberikan informasi jalan, alamat, properti dan informasi turis, dengan total daftar direktori sebanyak 100.000


Malaysia Mengincar Kekayaan Budaya Indonesia

 

Malaysia dalam kurun waktu terakhir semakin genit. Mulai Reog, Batik, Ambalat, Manohara, penyiksaan TKI dan yang sedang hangat saat ini adalah Pendet. Mungkin perlu dibuatkan film AADM? Ada Apa Dengan Malaysia? Malaysia terus "memancing emosi" Indonesia dengan isu Pendet yang juga diakui sebagai salah satu kekayaan budayanya.

Tidak heran bila para seniman tari di Bali sebagai bidan-bidan tarian klasik Bali semacam Pendet ini langsung angkat protes. Ramai-ramai mereka menyuarakan kekecewaannya pada pemerintah Malaysia yang main caplok karya-karya seni pihak lain seenaknya. Salah siapa? Mungkin Indonesia memang perlu belajar dari Malaysia dan negara-negara lain dalam hal melindungi karya-karya seni budayanya, baik yang sudah merupakan warisan leluhur sejak berabad-abad maupun kreasi-kreasi modern yang kontemporer.  Kita baru berteriak-teriak memprotes setelah ada pihak-pihak lain yang mencoba merampasnya dari tangan kita.

Dengan adem ayem berabad-abad kita sudah merasa tenteram dengan memiliki keris, batik, reog, tempe, tahu, tari gambyong, wayang kulit, sebagai warisan budaya adiluhung bangsa Indonesia. Tidak terbetik sedikit pun upaya untuk melindunginya sebagai kekayaan budaya bangsa. Mendaftarkannya ke lembaga paten juga tampaknya tidak perlu, sebab kita terlanjur GR (PD) toh sudah termasyur ke seluruh jagad raya bahwa Indonesia adalah pemilik sahnya?

Kelemahan ini dilirik oleh Malaysia yang cerdik. Saudara serumpun tinggal slogan karena Indonesia senantiasa memaafkan "kenakalan-kenakalan adiknya" Malaysia ini, mereka sangat sadari hal ini. Apalagi jaman Soekarno dengan "Ganjang Malaysia"nya sudah lewat dan tidak ada lagi semangat heroik seperti itu dalam mempertahankan martabat bangsa. Maka secara perlahan tapi sistimatis, Malaysia "memprotoli" kekayaan budaya kita dan diadopsi sebagai miliknya. Kita marah dan protes? Mungkin. Tetapi itu saja tidak cukup. Daftar panjang karya seni dan budaya Indonesia itu harus segera diselamatkan kalau tidak ingin Indonesia suatu saat hanya menjadi penonton dari pesta pora bangsa lain yang menculik kekayaan seni budaya kita.

Tim Penyelamat harus segera terbentuk dan mengambil tindakan cepat dan tegas. Database dari kekayaan ini harus segera tersusun detil dan rapi serta mencatatkannya amat segera di lembaga paten bahkan di level internasional, sehingga bila tiba-tiba saja Jepang misalnya mengklaim sebagai penemu tempe, kita dapat menangkalnya. Atau memang ini sudah terjadi? Menyedihkan.

Kita tidak membutuhkan pidato panjang lebar, tetapi sebuah tindakan nyata yang mampu membendung kebrutalan pihak asing dalam upaya mereka mengikis kekayaan seni dan budaya Indonesia serta menjualnya sebagai paket-paket wisata negara mereka secara tanpa etika.

Gempa Tektonik 7,6 SR Di Sumbar Membuat Malaysia Dan Singapura Ikut Terguncang

sumateraGempa tektonik sepertinya terus berbergiliran menimpa bangsa Indonesia,setelah Pulau Jawa diguncang gempa yang berpusat di selatan Tasikmalaya dengan kekuatan 7,3 SR,kemudian pulau bali yang juga diguncang gempa 6,4 kini giliran Pulau sumatera dengan kekuatan berkekuatan 7,6 pada Skala Richter (SR),dan berdasarkan data gempa tersebut,maka gempa yang mengguncang Pulau sumatera merupakan tertinggi

Keterangan yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa tersebut terjadi pada episentrum 0,84 Lintang Selatan (LS) dan 99,65 Bujur Timur (BT) atau 78 km barat laut Kota Padang, 99 km barat daya Bukittinggi, atau 106 km timur laut Kepulauan Mentawai.

Pusat gempa itu berada pada 57 km barat laut Pariaman, Sumbar, dengan kedalaman 71 km.

Gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter (SR) itu juga terasa hingga wilayah Medan, Sumatra Utara.

“Gempanya terjadi pada pukul 17.16 WIB dan berpusat di wilayah Sumbar,” kata Esti, analis data Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan.

Berdasarkan pantauan, getaran gempa itu terasa hingga ke Kota Medan sehingga mengakibatkan beberapa penghuni rumah dan perkantoran di daerah itu berhamburan ke luar.

Gempa berkekuatan dasyat ini terasa hingga ke Singapura dan Malaysia.

Gempa berkekuatan tinggi ini terasa hingga ke Singapura. Akibat gempa tersebut penghuni gedung tinggi di Singapura panik.

dan Negeri Jiran malaysia pun juga merasakan dampak dari gempa dasyat ini hingga membuat . Ribuan orang dievakuasi dari gedung-gedung pencakar langit di Kuala Lumpur, Malaysia.

Termasuk, para pekerja di Wisma IMC di Jalan Sultan Ismail dan gedung-gedung lainnya.

Beberapa orang mengaku pusing dan merasa mual sebelum sadar ada gempa dan diperintahkan untuk evakuasi.

“Rekan-rekan kami di dekat gedung juga merasakan getaran, namun saya tak yakin mereka di evakuasi,” kata seorang pekerja Lantai 28 Gedung IMC, seperti dimuat laman The Malaysian Insider, Rabu 30 Septemebr 2009.

Seorang warga yang tinggal di apartemen, Damyati Ghose mengatakan dia terburu-buru turun dari apartemennya setelah air muncrat dari akuariumnya.

“Ikan-ikan naik ke atas, lalu ke bawah, diikuti muncratan air,” kata dia.

Sesaat setelah gempa, Pasific Tsunami Warning Centre di Hawaii memperingatkan potensi tsunami bisa terjadi menyusul terjadinya gempa.

Peringatan ini ditujukan kepada seluruh area pesisir Laut Hindia. Ada empat negara di yang diperingatkan yakni Indonesia, India, Thailand, dan Malaysia.

Sementara Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Suhyar mengatakan gempa di Sumatera Barat terjadi akibat pertemuan atau penunjaman lempeng tektonik Samudera Hindia, di bawah lempeng Asia di pantai barat Sumatera.

Gempa merusakkan sejumlah rumah dan pusat perbelanjaan.

“Banyak rumah yang roboh dan Plaza Andalas rusak parah,” kata Anton, penduduk Padang, saat berbincang dengan VIVAnews, Rabu 30 September 2009.

Menurutnya, sejumlah toko yang berada di dalam mal tersebut hancur. “Toko-toko yang ada di dalamnya rusak semuanya,” ujarnya.

Sampai saat ini, Departemen Kesehatan belum memperoleh data korban bencana gempa di Pariaman.

“Kami kesulitan menghubungi karena kami dapat kabar beberapa infrastruktur rusak,” kata Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan Rustam S Pakaya, Rabu 30 September 2009. “Tapi, tadi saya dapat laporan ada hotel yang turun satu lantai,” jelasnya.

Saat akan mengumpulkan informasi lebih lanjut, kata dia, pejabat di sana kembali tidak bisa dihubungi. “Saya hanya dapat data dari Jambi, Sumatera Utara, Riau,” jelasnya.

Jumlah korban yang tewas

Gempa yang terjadi di Sumatera Barat, sementara ini telah memakan korban jiwa 13 orang. Gempa dengan kekuatan 7,6 skala richter. Gempa ini disebabkan akibat pergerakan dari dua lempeng yang berada di kawasan Sumatera Barat.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Departemen Kesehatan dr. Rustam Pakaya, disela-sela rapat di Istana Wapres.

“Berdasarkan laporan sementara, jumlah korban jiwa  13 orang,” ujarnya, Rabu 30 September 2009.

Rustam menambahkan, malam ini juga Depkes akan mengirim tim medis dari Medan dan Palembang untuk membantu para korban gempa.


Gamelan Malaysia Mirip Milik Indonesia

 

Anti Malaysia - Pemerintah Malaysia mulai mematenkan berbagai warisan kebangsaan dari mulai makanan, kesenian, hingga kebudayaan. Selain sudah mematenkan ketupat dan nasi tumpeng, Malaysia juga sudah mendaftarkan Wayang Kulit dan Gamelan.

Berdasarkan penelusuran VIVAnews di situs resmi pemerintah Malaysia warisan.gov.my, warisan kebangsaan Malaysia yang sudah dimasukkan dalam Statistik Daftar Warisan dan Warisan Kebangsaan terbagi menjadi tiga kategori.

Namun demikian, Gamelan yang dipatenkan milik Malaysia itu, memiliki kemiripan dengan gamelan yang berasal dari Jawa. Alat-alatnya terdiri dari Gong Agong, Gong Sawokan, Gendang Ibu, Gendang Anak, Saron.

Gamelan Malaysia bila dilihat dari sejarahnya, kali pertama diperkenalkan di Pahang, saat pemerintahan Sultan Ahmad Muaddzam Shah. Permaisurinya, Fatimah dan istri kedua Sultan, Che Bedah ikut berperan menyebarkan gamelan.

Sekitar tahun 1913, gamelan menyebar ke Terengganu,dibawa oleh putri Sultan Pahang, Mariam yang menikah dengan Sultan Terengganu saat itu, Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah.

Sultan Sulaiman bahkan menciptakan berbagai lagu dan tarian, termasuk lambang sari, geliung, ketam renjong, togok, gagak seteru, lancang kuning dan sebagainya.

Berikut daftar kesenian dan budaya Malaysia yang didaftarkan pada 23 Februari 2009:

1. Boria

2. Tarian Zapin

3. Gamelan

4. Tarian Bhangra - Kaum Sikh

5. Tarian Bharata Natyam - Kaum India

6. Gendang Dua Puluh Empat Perayaan (Gendang Cina)

7. Dikir Barat

8. Pantun Melayu

9. Syair

11. Tulisan Jawi

12. Wau Malaysia

13. Congkak

14. Gasing

15. Wayang Kulit, didaftarkan pada 26 Februari 2009


SBY Temui PM Malaysia Usai Lebaran

Presiden SBY

 Kuala Lumpur - Hubungan Malaysia dan Indonesia bisa dibilang sedang kurang bagus. Karena itu, SBY akan menemui PM Malaysia Najib Tun Razak usai Lebaran.

"Keinginan Presiden Yudhoyono akan berkunjung ke Kuala Lumpur sudah disampaikan kepada Dubes Malaysia ketika akan pamit selesai masa tugasnya di istana presiden. Jakarta akan berkunjung awal Oktober 2009, dan Malaysia menawarkan 9 Oktober 2009," kata Dubes RI untuk Malaysia Da'i Bachtiar, di Kuala Lumpur, Jumat (11/9).

Beberapa agenda pembicaraan yang bakal disampaikan ialah keamanan pangan, keamanan kawasan dan terorisme, namun bisa saja masalah-masalah lainnya misalnya soal klaim kebudayaan muncul dalam pembicaraan nanti, lanjut mantan Kapolri itu, dalam jumpa pers di KBRI dengan wartawan Malaysia dan Indonesia.

Jika kunjungan itu terjadi maka kunjungan SBY ke Malaysia nanti adalah kunjungan pertama sejak Najib Tun Razak menjadi PM Malaysia.

Mengenai ketegangan hubungan antara Indonesia-Malaysia, SBY sudah mengatakan bahwa sweeping atau penyisiran warga Malaysia di Jalan Diponogoro oleh segelintir orang bukan merupakan cara yang baik, tidak beretika, dan membuat malu Indonesia di dunia internasional.

"Presiden sudah minta kepada aparat keamanan mengambil tindakan tegas terhadap reaksi masyarakat atas isu negatif tentang Malaysia. Presiden juga menjamin keselamatan warga Malaysia di Indonesia," tambahnya.

Kedua pemimpin negara sepakat untuk terus menjaga dan meningkatkan hubungan baik bilateral dan dua negara tetangga dan serumpun. "Tinggal bagaimana merapatkan lagi hubungan antara rakyat dengan rakyat, dan antara pers Indonesia dengan Malaysia," jelas Da'i.

"Kami sendiri ada program inter media dialog dimana para pemimpin pers Malaysia akan diundang berkunjung ke Jakarta, nanti sebaliknya," imbuhnya.

Selain itu, akan ada saling kunjungan balasan delegasi kesenian antar dua negara ini. Terakhir, saling kunjungan dan tukar pikiran di kalangan sejarawan," tukasnya.


Malu Menantang Malaysia

 

Pesawat Nomad CN22 milik TNI AL jatuh di Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur Senin kemarin. Peristiwa ini menjadi torehan baru catatan kelamnya nasib korps bersenjata bangsa ini.

Sebelumnya sejumlah insiden pesawat TNI jatuh dan memakan korban jiwa tejadi di tahun 2009. Di antaranya kecelakaan Fokker 27 milik TNI AU di Bandung, Hercules di Magetan, kecelakaan heli Bolkow TNI AD di Cianjur, dan kecelakaan Helikopter Puma di Atang Sanjaya Bogor kemudian yang terakhir adalah peristiwa insiden pesawat Nomad di Bulungan.

Kesimpulan yang mencuat adalah kecelakaan sangat erat kaitannya dengan usia pesawat yang uzur dan minim perawatan.
Kondisi itu tentu tidak sejalan dengan ambisi sebagian komponen bangsa yang saat ini sedang semangat-semangatnya teriak 'ganyang Malaysia' karena sejumlah persoalan klaim provokatif seni budaya dan teritorial.

Aksi-aksi mengecam Malaysia berkembang tidak hanya dilakukan dengan orasi dan teaterikal. Replika bendera Malaysia menjadi objek pembakaran sebagai simbol protes keras terhadap negeri para datuk itu. Kemudian ada yang mengklaim siap memberangkatkan relawan untuk berperang ke Malaysia.

Kegemasan terhadap Malaysia di Indonesia tidak hanya merebak di kalangan masyarakat. Bupati Sukoharjo Bambang Riyanto pun terang-terangan berani memimpin aksi yang juga diwarnai pembakaran bendera Malaysia.

Lalu yang cukup ekstrem tentu adalah aksi sweeping warga Malaysia di depan markas Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) di Jalan Diponegoro 58, siang tadi.

Berperang dengan Malaysia? Tentu keinginan itu masih jauh dari kenyataan. Hubungan Pemerintah RI-Malaysia sejauh ini masih cukup baik. Kedua pemerintah bisa meredam situasi dan tidak lantas mengeluarkan pernyataan yang dapat menyulut emosi masyarakat kedua negara.

Keinginan berperang dengan Malaysia sebenarnya memang harus dilakukan. Perang yang dimaksud tentu dalam hal berkompetisi untuk membuktikan keunggulan negara masing-masing memiliki prestasi.

Prestasi budaya, pendidikan,teknologi, ekonomi, dan yang tak kalah penting prestasi membabat habis korupsi di pemerintahan. Kompetisi dalam konteks yang demikianlah yang seharusnya diletakkan sebagai arti berperang terhadap Malaysia.

Sebab meskipun kita mempunyai alasan kuat untuk berperang dengan mengangkat senjata, toh sepertinya kita masih perlu berhitung seribu kali. Meski berani taruhan, personel militer Indonesia 1.000 kali lebih gagah berani dibanding militer Malaysia, tapi rasanya menantang Malaysia berperang saat ini tak ubah seperti kita mengacungkan pistol mainan ke barisan tentara bersenjata.Bukan membuat takut, nanti yang ada hanya menjadi bahan tertawaan.Kalau sudah begitu siapa yang malu?


Setelah Pendet, Besok Apalagi?

 

KETIKA bangsa Indonesia masih dilanda kecemasan akibat teror bom, juga disaat aparat kepolisian dengan Densus 88 Antiterornya gencar memburu teroris paling dicari Noordin M Top yang asal Malaysia itu, ironi kebudayaan kembali terjadi. Panggung warisan kebudayaan nasional pun terusik.

Kali ini giliran seni kebanggan orang Bali, tari pendet diklaim sebagai kekayaan budaya negeri jiran itu. Dalam cuplikan iklan Visit  Malaysian Year yang ditayangkan Discovery Channel, terdapat adengan para penari tengah membawakan tarian pendet. Tak ayal iklan ini berbuah protes dari Pemerintah Indonesia. Di dunia maya pun, isu ini menjadi topik terpanas.

Peristiwa tersebut kian memperpanjang deretan polemik di antara dua bangsa serumpun itu. Jalinan keduanya selalu dihadapkan pada situasi panas-dingin. Sebelumnya, sengketa batas wilayah atau konflik tenaga kerja Indonesia yang mengadu nasib di negara bekas jajahan Inggris ini terus mewarnai hubungan kedua negara bertetangga tersebut sepanjang masa.

Wajar jika rakyat Indonesia marah dan protes terhadap Malaysia dengan insiden iklan tarian pendet itu, apapun alasannya. Pemerintah Indonesia bahkan siap menuntut Malaysia jika tidak digubris. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik sudah melayangkan nota protes atas dugaan klaim tari pendet.

Sementara itu perwakilan Malaysia berdalih tidak pernah mengklaim tari pendet menjadi bagian dari budayanya. Malaysia mengaku yang terjadi selama ini hanya salah paham. Apa benar itu semata kesalahpahaman, atau memang ada motif lain? Apakah Malaysia terlalu bodoh mengklaim tari pendet yang semua orang tahu asalnya dari Bali sebagai budaya mereka?

"Tidak ada klaim dari Pemerintah Malaysia atas tarian tersebut,"  tegas Amran Mohammad Zein, perwakilan kuasa usaha sementara Kedutaan Besar Malaysia, saat menemui Menbudpar Jero Wacik di Jakarta.

Sebenarnya, isu klaim budaya Indonesia oleh Malaysia termasuk tari pendet ini sudah terjadi sejak tahun 2007. Saat itu lagu "Indang Sungai Garinggiang" ciptaan Tiar Ramon dari Minangkabau digunakan oleh delegasi kesenian Malaysia pada Asia Festival 2007 di Osaka. Kemudian lagu "Rasa Sayange" asal Maluku digunakan untuk jingle Visit Malaysia 2007. Menyusul, reog Ponorogo di website pariwisata Malaysia yang diklaimnya sebagai sisingaan, tari barong yang disebut di Malaysia sebagai barongan, keris, angklung, batik, serta lagu "Es Lilin" dari bumi Priangan.

Kenapa begitu mudahnya bangsa lain menyomot kekayaan budaya Indonesia? Dalam pandangan pengamat hukum internasional Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Jawahir Thantowi, pemerintah sejauh ini tidak pernah menghargai kekayaan intelektual sehingga negara lain begitu gampang mengklaim bahkan mempatenkannya.

Menurutnya, Indonesia termasuk negara yang tidak memiliki kesadaran tinggi atas hak-hak intelektual, dan negara tetangga lebih memiliki kesadaran itu. "Jadi, bukan sesuatu yang aneh jika negara lain mengklaim dan mempatenkannya," terang Jawahir yang juga melihat pemerintah tidak mau mengambil pelajaran dari sejumlah klaim yang dilakukan oleh negara lain.
 
Sebab itu, harus ada hukum untuk memberikan proteksi terhadap hak-hak adat yang ada di ranah bangsa. "Ini sama halnya dengan tanah, jika tidak dibuat sertifikatnya, maka akan diklaim oleh pihak lain, apa bedanya. Padahal kita kan tahu hal itu, tapi kenapa tidak belajar dari situ?" ungkap Jawahir.

Boleh jadi Malaysia memang cerdik memanfaatkan budaya tetangganya demi kepentingan komersil-mempromosikan idustri pariwisatanya, sedangkan Indonesia hanya bisa marah dan protes karena pihak lain yang menangguk untung. Namun sebenarnya, menghargai budaya itu bukan caranya seperti apa yang ditempuh Malaysia. Komersialisasi budaya justru akan menggerus keaslian, keluhuran, dan kearifan dari budaya itu sendiri.

Dalam kasus ini, Indonesia terkesan terlalu emosional menanggapinya. Kalau boleh  jujur, apa yang sudah kita lakukan untuk meyelamatkan budaya sendiri yang mulai kehilangan tempat, terjajah dengan membanjirnya film asing, sinetron, atau tanyangan olah raga yang heboh, sebab lebih menjanjikan rupiah.
 
Menghargai budaya adalah melestarikan eksistensinya dan dimanfaatkan untuk kemajuan bersama tanpa harus merampas kemurnian dari nilai khas yang terkandung di dalamnya. Meski diakui memelihara suatu budaya bukanlah pekerjaan mudah, tapi komitmen kuat dari semua pihak mutlak dibutuhkan. Tengok saja, sudah berapa banyak seni, budaya, atau bahasa di negeri ini yang mulai dan sudah punah.

Jadi tak sekadar mengakui saja, tapi harus memberi ruang hidup bagi seni dan budaya warisan leluhur dalam berbagai momentum resmi atau tidak, agar mampu bertahan dalam putaran roda zaman. Konkretnya, ada semacam observasi, pengembangan, pemanfaatan baik secara sosial, ekonomi, politik, maupun kultur sehingga muncul pengakuan dan pada akhirnya ada semangat pelestarian.

Kita juga seyogianya berkaca dari sikap Malaysia yang bisa dibilang tidak tahu malu, tapi toh mereka tetap cuek. Akan terus mencuri budaya yang ada di sekitar sebagai upaya untuk mewujudkan mimpi besarnya, Malaysia is a Truly Asia. Mereka mengumpulkan potongan-potongan produk kebudayaan bangsa di Asia untuk menciptakan Malaysia adalah miniatur Asia. Jadi setelah pendet, besok apalagi? Akankan kita kecolongan lagi?


Soekarno yang Minta "Terang Bulan" Diserahkan ke Malaysia

Soekarno yang Minta "Terang Bulan" Diserahkan ke MalaysiaANTARA

PENCIPTA TERANG BULAN. Soebroto, teman Saiful Bahri dan pemain Orkes Studio Djakarta didampingi Aden Bahri Jr, anak Saiful, menyatakan bahwa lagu 'Terang Bulan' ciptaan Saiful Bahri.

 

SOLO--Ahli waris pencipta lagu "Terang Bulan", Aden Bahri, mengungkapkan, Presiden Soekarno meminta ayahnya, Saiful Bahri, untuk menyerahkan lagu "Terang Bulan" kepada Malaysia."Mantan Presiden Soekarno meminta penyerahan lagu itu pada awal 1960-an," kata Aden Bahri di Solo, Jateng, Rabu.

Hal tersebut, lanjutnya, dikuatkan berdasarkan keterangan salah seorang saksi kejadian tersebut yang juga merupakan teman satu grup ayahnya di Orkes Studio Djakarta, Soebroto."Pak Broto yang berada di lokasi kejadian saat itu mengakui hal yang sama," katanya.

Mengenai tuntutan pihak keluarga Saiful Bahri, dia mengatakan, pihak keluarga meminta Pemerintah Indonesia untuk membantu keluarga dalam melindungi lagu "Terang Bulan", yang juga menjadi salah satu aset budaya Indonesia.
"Pemerintah harus lebih tegas dan bersikap lebih keras dalam melindungi seluruh aset budaya Indonesia, termasuk lagu yang diciptakan ayah saya," kata Aden Bahri yang sekarang tinggal di Jakarta.

Sementara itu, mantan anggota Orkes Studio Djakarta, Soebroto mengatakan, mantan Presiden Soekarno meminta Saiful Bahri untuk menyerahkan lagu "Terang Bulan" antara 1961 hingga 1962, "Seingat saya saat itu adalah perayaan HUT Republik Indonesia,".

Dia mengatakan, kalimat yang diucapkan Soekarno ketika itu, "Ful, kasih saja lagu itu ke Malaysia. Mereka belum punya lagu kebangsaan,"."Saat itu yang menjadi saksi tidak hanya saya, tetapi banyak. Dr. Johannes Leimena menjadi saksi yang masih saya ingat," katanya.

Akan tetapi, lanjutnya, dia sudah tidak ingat siapa lagi yang menjadi saksi kejadian tersebut."Yang jelas, pesan Soekarno sangat jelas terdengar karena saya hanya berjarak sepuluh meter dari pembicaraan antara Soekarno dan Saiful Bahri," kata Soebroto.

Pernyataan yang disampaikan Soebroto tersebut saat ini belum dapat dibuktikan kebenarannya dan dihadapkan dengan catatan sejarah yang menunjukkan bahwa kemerdekaan Malaysia terjadi pada 31 Agustus 1957.

Menanggapi pengakuan tersebut, Kepala Lokananta, Ruktiningsih mengatakan, perusahaan rekaman Lokananta menyerahkan rekaman lagu "Terang Bulan" yang sudah digandakan. "Kami berharap rekaman lagu tersebut dapat dipergunakan oleh Aden untuk mengurus hak-haknya sesuai dengan pengakuannya sebagai ahli waris pencipta lagu tersebut," katanya.

Dia mengatakan, hingga saat ini Lokananta yang menjadi perusahaan yang merekam dan menggandakan lagu "Terang Bulan" tidak memiliki catatan mengenai pencipta lagu tersebut."Jika pengakuan pihak ahli waris terbukti, kami akan mencatat nama Saiful Bahri ke dalam data pencipta lagu yang ada di perusahaan ini," kata Ruktiningsih.



BIM™ Berita Indonesia dan Malaysia